Perilaku dan Kesejahteraan Kucing

 

 Perilaku dan Kesejahteraan Kucing Domestik


Sumber: https://pin.it/1RZQ4TdSb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang mana telah memberikan kita tempat dan waktu sehingga saya Lintang Suminar dapat menyelesaikan tugas review jurnal ini. Dari 3 jurnal yang saya sudah baca, saya mengangkat tema tentang hewan kucing. 

ABSTRAK

Kucing domestic Felix catus memiliki pola perilaku yang berbeda dengan hewan lainnya .Perilaku ini terjabar dalam 10 pola perilaku yaitu perilaku ingestif, perilaku seks, perilaku eliminative, perilaku investigative, perilaku agonistic perilaku allelomoyic, perilaku mencari perlindungan perilaku epicmeletic, perilaku et-epimeletic dan perilaku maladaptive. Perilaku ini terjadi secara alamiah karena diajarkan pada kepada kucing. 

PEMBAHASAN

A. Kucing Domestik

Kucing domestik (Felix Catus ) merupakan kucing yang tinggal berdampingan dengan manusia, kucing domestic terbagi dari berbagai kelompok, dari tempat tinggal hingga kehidupan berkoloninya seperti kucing liar, kucing jalanan dan kucing rumah dengan ras yang berbeda beda. Kucing memiliki ekspresi wajah yang terbatas dan sulit untuk dibaca oleh manusia. Kucing dapat menunjukan perasaannya melalui gerakan mata, telinga,posture tubuh,posisi ekor, suara, dan bulu.

B. Memahami Perilaku Kucing Domestik

sumber:https://pin.it/3hiigjz3A
. Kucing memiliki perilaku ingestif, seksual, eliminatif, investigative, agonistic, allelomimetic, mencari perlindungan, epimeletic, et-epimeletic, dan maladaptive. Perilaku ini dapat terjadi secara alamiah atau karena diajarkan kepada kucing. Penelitian dilakukan melalui studi literatur untuk memahami perilaku kucing domestik. Hasilnya menunjukkan bahwa kucing memiliki perilaku spesifik dalam kesepuluh pola perilaku tersebut. Upaya domestikasi kucing terjadi dalam dua jenis dan kucing domestik berasal dari kucing liar Afrika Utara atau Asia Barat. Para peneliti juga menemukan bahwa domestikasi kucing terjadi pada periode Neolitik dan sampai pada Mesir kuno. 
 -Kucing menunjukkan berbagai pola perilaku yang dapat dikelompokkan menjadi 10 kategori, termasuk perilaku ingestif yang mencakup kebiasaan makan. Sebagai karnivora, kucing memiliki sistem pencernaan yang termodifikasi untuk mencerna daging secara efisien. Mereka cenderung makan dalam jumlah kecil namun sering. Proses pencernaan kucing melalui dua fase: fase apetitif, di mana mereka mengejar mangsa, dan fase konsumtif, di mana mereka memakan mangsanya. Namun, kucing domestik menunjukkan fase apetitif dengan perilaku seperti meminta makanan atau mencuri makanan dari tempat yang tidak seharusnya, sementara fase konsumtif ditandai dengan mengunyah dan menelan makanan.
-Perilaku kawin pada kucing ditandai dengan suara bising yang dihasilkan oleh kedua kucing yang terlibat. Awalnya, betina mengeluarkan suara bising untuk menarik perhatian jantan. Saat jantan merespons dengan mengeong, proses kawin dimulai, suara keduanya semakin keras, terkadang terdengar seperti sedang berkelahi. Suara ini disebabkan oleh adanya duri pada penis kucing yang merangsang ovulasi betina. Seperti yang dikemukakan oleh Besteiros (2019), bahwa penis kucing memiliki duri keratin kecil yang berfungsi merangsang ovulasi kucing berina dnegan cara menstimulasi Luteinizing Hormone (LH)
-Pola perilaku eliminative Kucing memiliki perilaku unik dalam membuang kotorannya, di mana mereka cenderung untuk mengubur kotoran mereka, bahkan jika tidak ada tanah di sekitarnya. Perilaku ini merupakan hasil dari naluri alami kucing dan diyakini sebagai respons terhadap persepsi kucing terhadap manusia sebagai makhluk yang lebih dominan. Ini adalah perilaku yang dijelaskan oleh Morris (1988), seorang ahli etologi, yang menyatakan bahwa kucing merasa perlu untuk mengubur kotorannya karena persepsi mereka terhadap manusia.
-Perilaku investigative pada kucing umunya dapat kita lihat dari sifat kucing yang mengendus benda yang ada disekitarnya. Menurut Suwed dan Napitulu (2011), kucing memiliki indera penciuman yang cukup tajam bahkan dapat menghapal bau dari pemiliknya. Penciuman yang tajam dari kucing ini juga digunakan dalam melakukan identifikasi tempat sekitarnya untuk mengetahui apakah ada kucing lain yang ada disekitar tempat tersebut. Selain untuk mengidentifikasi keberadaan kucing lain, indera penciuman ini dapat dimanfaatkan pula untuk mengidentifikasi keberadaan predator dan mangsa dari kucing
-Perilaku agonistic pada kucing muncul ketika mereka merasa terganggu, ditandai dengan suara mengeong keras dan upaya menggigit atau menyerang. Effendi dan Budiana (2014) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan perilaku agresif pada kucing, termasuk agresi dominan, agresi terkait hormon seks, agresi maternal, agresi antar jantan, agresi predator, agresi terkait makanan dan mainan, agresi teritorial, dan agresi terkait kesehatan.
-Kucing memiliki kemampuan meniru tingkah laku manusia maupun sesamanya, yang disebut sebagai perilaku allelomimetic. Sebuah penelitian dengan judul "Do as I Do" dilakukan oleh Claudia Fugazza dan Fumi Higaki untuk melihat apakah kucing dapat meniru perilaku yang diperintahkan. Mereka menguji apakah kucing dapat melakukan berbagai tindakan saat diperintahkan oleh pelatih. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 81% kucing merespons perintah seperti yang diinginkan.
-Perilaku mencari perlindungan. Perilaku kucing dalam mencari perlindungan sering kita lihat dengan kebiasaan kucing memasuki tempat sempit seperdi kotak kardus dan selasela kecil. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Live Science bahwa kebiasaan kucing masuk kedalam tempat yang sempit karena kucing akan mendapatkan perasaan nyaman dan aman. Ketika kucing masuk ke dalam kotak kardus, kucing merasa bisa melihat apapun yang akan mendekat ke arahnya tanpa terlihat. Hal ini juga memudahkan kucing dalam memantau dan menangkap mangsanya.
-Perilaku epimeletik pada kucing adalah perilaku induk yang menunjukkan kasih sayang kepada anaknya. Salah satu contohnya adalah ketika kucing mendesis jika hewan lain mendekati dirinya dan anaknya. Pola makan juga mencerminkan perilaku epimeletik, di mana induk kucing akan sangat rakus terhadap makanan saat anak-anaknya masih kecil (1-3 bulan) untuk memenuhi kebutuhan susu. Namun, perilaku ini berubah ketika anak kucing berumur 3-5 bulan, di mana induk akan membiarkan anaknya makan terlebih dahulu. Induk juga menjilat dan mencabut bulu anaknya untuk menghangatkannya.
-Perilaku Et-Epimeletik pada kucing terjadi karena hubungan dekat antara kucing dan pemiliknya, di mana kucing melihat pemilik sebagai figur induknya jika diberi makan oleh pemiliknya. Anak kucing juga dapat menunjukkan perilaku Et-Epimeletik dengan tetap menyusu pada pemiliknya meskipun telah lewat masa menyapih pada induknya, bahkan ketika air susu dari ibunya sudah tidak keluar lagi.
-Perilaku maladaptif pada kucing terjadi ketika perilaku alami mereka, seperti bermain-main atau berkelahi, berubah menjadi perilaku yang tidak sesuai, misalnya agresif hingga menggigit pemiliknya. Ini terkait dengan perilaku agonistik, yang dipengaruhi oleh gangguan hormonal atau dorongan naluriah untuk melindungi teritorinya. Perilaku ini muncul dari naluri pemburu alami kucing, dan jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan perilaku maladaptif.

Kucing, hasil domestikasi dari miacis, menunjukkan pola perilaku yang mirip dengan hewan lainnya, terbagi dalam 10 pola perilaku. Ini termasuk perilaku ingestif (makan), perilaku seks (ditandai dengan suara keras pada kucing jantan karena duri di penisnya), perilaku eliminative (seperti mengubur kotoran), perilaku investigative (mengendus sekitarnya), perilaku agonistic (sikap agresif), perilaku allelomimetic (kemampuan meniru perilaku), perilaku mencari perlindungan (senang masuk ke dalam kotak atau celah sempit), perilaku epimeletic (sikap induk yang merawat anak-anaknya), perilaku et-epimeletic (anak kucing menganggap manusia sebagai induknya karena memberi makan), dan perilaku maladaptif (sering menyerang sesamanya dan manusia).

C. Perilaku Serta Dampaknya Terhadap Hubungan Manusia dan Kucing

Perilaku kucing yang diamati termasuk perilaku ingestif (makan), seksual (kawin), eliminatif (membuang kotoran), investigative (mengendus sekitarnya), agonistic (menantang), allelomimetic (meniru), mencari perlindungan (masuk tempat sempit), epimeletic (menyayangi anak), et-epimeletic (menganggap manusia sebagai induk), dan maladaptive (perilaku agresif yang tidak sesuai). Misalnya, perilaku makan kucing terbagi menjadi fase apetitif dan fase konsumtif, sementara perilaku seksual ditandai dengan suara bising dan penurunan nafsu makan. Selain itu, perilaku eliminatif kucing mencakup kebiasaan mengubur kotoran, dan perilaku investigative terlihat dari indera penciuman tajam kucing. Perilaku ini dapat berdampak pada hubungan kucing dengan manusia, seperti perilaku et-epimeletic yang muncul ketika kucing menganggap manusia sebagai induknya.

Dengan demikian kucing domestic memiliki pola perilaku yang beragam termasuk peilaku ignestif, seksual, eliminatif, investigative, agonistic,allemomitic, mencari perlindungan, epimeletic, et-epimeletic, dan maladaptive. Perilaku ini terjadi secara alamiah atau dipengaruhi oleh interaksi dengan manusia. misalnya, perilaku et-epimeletic muncul ketika kucing menganggap manusia sebagai induk. Namun jika diperhatikan perilaku maladaptif seperti agresi dapat timbul jika tidak dikelola dengan baik. Pemahaman terhadap kucing ini penting karena berdampak pada hubungan antara manusia dan kucing.

Daftar Pustaka

Sumber: https://pin.it/1RZQ4TdSb 

sumber:https://pin.it/3hiigjz3A

Jurnal Sainsmat, Maret 2021, Halaman 78-84 Vol. X, No. 1 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS) Desember 2012 

Nadhira+Jihan+Aziza_MEMAHAMI+PERILAKU,+GESTUR+DAN+BAHASA+TUBUH+KUCING+DOMESTIK+TERHADAP+MANUSIA+MELALUI+RANCANGAN+APLIKASI+MOBILE.pdf"

Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMIOTIKA DALAM FILM 'LASKAR PELANGI' BERLANDASKAN TEORI FERDINANDE DE SAUSSURE

Analisis Lirik Lagu "WE CAN'T BE FRIEND" Oleh ARIANA GRANDE Dengan Teori Semiotika

Literatur Review mengenai Kajian Semiotika dalam beberapa Film Indonesia